Entah harus aku mulai dari
mana , atau dari apa tulisanku ini.
Di otakku seolah tak mampu
menterjemahkan setiap kekagumanku pada lelaki yang selama 24 tahun selalu
bersamaku.
Perhatiannya,kasih sayangnya.
Oh tak mampu aku deskripsikan lagi
Jika ada yang berkata “ sosok
lelaki adalah sosok yang tak selalu menunjukan rasa sayangnya dalam diam” iya
aku percaya itu.
Lelaki hebatku yang selalu
menemani disaat bahagia dan sedihku.
Bahkan terkadang aku lupa
bahwa aku sedang dalam kesedihan.
Lelaki itu adalah sosok yang
mengubah sikapku yang keras kepala dan hanya ingin menang sendiri.
Dari sosok wanita yang
pembangkang menjadi sosok wanita yang penurut.
Hebatnya lelakiku.
Saat aku jauh darinya, lelaki
selalu menghubungiku, walau hanya sekedar bertanya “ lagi apa kak?”
Atau “udah makan kak?”, “asyik
ndak disana kak?” “ apa lauk tadi kak makannya?” “kakak sehat jak kan kak?”
Oh indahnya perhatiannya. Hingga
sampai aku lupa bahwa seharusnya aku harus jatuh cinta pada lelaki lain. Tetap saja
lelakiku lebih hebat dari lelaki lain manapun yang aku kenal.
Punggungnya selalu membuatku
hangat. Aku bahagia memilikinya.
Aku bangga, entah apalagi
kosakata yang mampu aku tulisankan untuk menyatakan kebahagiaanku.
Hebat yaa… hanya aku yang
memilikinya.
Dia selalu ada untukku, dalam
diamnya memberikan ketenangan, seolah menyatakan “Tenang kak, aku selalu ada
untuk kakak”
Saat wisudaku pun lelaki yang
sangat aku tunggu kehadirannya, hanya dia.
Iya walaupun dia gak bisa
hadir karena tak bisa melihatku memakai toga. Syaraf emosinya telah terganggu,
mudah sedih dan mudah marah. Iya karena stroke ringan yang pernah dideritanya.
Aku maklum.
Walaupun sebenarnya di hati
kecilku, aku menunggunya.
Bahkan aku seperti menangis
dalam hati ketika ku lihat orang-orang yang datang di wisudaku tidak ada ku
lihat dia.
Seketika badmood, seperti
anak kecil yang merajuk.
Iyaa aku terlalu manja
menghadapi kenyataan.
Rasanya ingin pulang dan
menunjukan padanya toga yang aku pakai, untuk berfoto bersama saja aku sudah
tak mampu.suasana hatiku memburuk seketika.
Namun aku Lelaki ku
Entah harus aku mulai dari
mana , atau dari apa tulisanku ini.
Di otakku seolah tak mampu
menterjemahkan setiap kekagumanku pada lelaki yang selama 24 tahun selalu
bersamaku.
Perhatiannya,kasih sayangnya.
Oh tak mampu aku deskripsikan lagi
Jika ada yang berkata “ sosok
lelaki adalah sosok yang tak selalu menunjukan rasa sayangnya dalam diam” iya
aku percaya itu.
Lelaki hebatku yang selalu
menemani disaat bahagia dan sedihku.
Bahkan terkadang aku lupa
bahwa aku sedang dalam kesedihan.
Lelaki itu adalah sosok yang
mengubah sikapku yang keras kepala dan hanya ingin menang sendiri.
Dari sosok wanita yang
pembangkang menjadi sosok wanita yang penurut.
Hebatnya lelakiku.
Saat aku jauh darinya, lelaki
selalu menghubungiku, walau hanya sekedar bertanya “ lagi apa kak?”
Atau “udah makan kak?”, “asyik
ndak disana kak?” “ apa lauk tadi kak makannya?” “kakak sehat jak kan kak?”
Oh indahnya perhatiannya. Hingga
sampai aku lupa bahwa seharusnya aku harus jatuh cinta pada lelaki lain. Tetap saja
lelakiku lebih hebat dari lelaki lain manapun yang aku kenal.
Punggungnya selalu membuatku
hangat. Aku bahagia memilikinya.
Aku bangga, entah apalagi
kosakata yang mampu aku tulisankan untuk menyatakan kebahagiaanku.
Hebat yaa… hanya aku yang
memilikinya.
Dia selalu ada untukku, dalam
diamnya memberikan ketenangan, seolah menyatakan “Tenang kak, aku selalu ada
untuk kakak”
Saat wisudaku pun lelaki yang
sangat aku tunggu kehadirannya, hanya dia.
Iya walaupun dia gak bisa
hadir karena tak bisa melihatku memakai toga. Syaraf emosinya telah terganggu,
mudah sedih dan mudah marah. Iya karena stroke ringan yang pernah dideritanya.
Aku maklum.
Walaupun sebenarnya di hati
kecilku, aku menunggunya.
Bahkan aku seperti menangis
dalam hati ketika ku lihat orang-orang yang datang di wisudaku tidak ada ku
lihat dia.
Seketika badmood, seperti
anak kecil yang merajuk.
Iyaa aku terlalu manja
menghadapi kenyataan.
Rasanya ingin pulang dan
menunjukan padanya toga yang aku pakai, untuk berfoto bersama saja aku sudah
tak mampu.suasana hatiku memburuk seketika.
Namun aku harus memakluminya.
Aku tetap akan selalu bahagia
memilikinya sampai kapanpun. Sosoknya akan selalu di hati.
Sosok yang kubanggakan itu
adalah Bapak ku, bapak Rafiansyah.
Terima kasih untuk semua
kasih sayang dan perhatiannya.
harus memakluminya.
Aku tetap akan selalu bahagia
memilikinya sampai kapanpun. Sosoknya akan selalu di hati.
Sosok yang kubanggakan itu
adalah Bapak ku, bapak Rafiansyah.
Terima kasih untuk semua
kasih sayang dan perhatiannya.